TEORI HIERARKI (ABRAHAM MASLOW)
SEJARAH TEORI HIERARKI ABRAHAM MASLOW
Hierarki kebutuhan Maslow adalah teori psikologi yang
diperkenalkan oleh Abraham Maslow dalam makalahnya, "A
Theory of Human Motivation", di Psychological Review pada
tahun 1943. Ia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus
terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum
kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.
Abraham H. Maslow dilahirkan pada tahun 1908 dalam keluarga imigran RusiaYahudi
di Brooklyn, New York. Ia seorang yang pemalu, neurotik, dan depresif namun
memiliki rasa ingin tahu yang besar dan kecerdasan otak yang luar biasa. Dengan
IQ 195, ia unggul di sekolah. Ketika beranjak remaja, Maslow mulai
mengagumi karya para filsuf seperti Alfred North Whitehead, Henri Bergson,
Thomas Jefferson, Abraham Lincoln, Plato, dan Baruch Spinoza. Di samping
berkutat dalam kegiatan kognitif, ia juga mempunyai banyak pengalaman praktis.
Ia bekerja sebagai pengantar koran dan menghabiskan liburan dengan bekerja pada
perusahaan keluarga. Maslow hidup dalam zaman di mana bermunculan banyak aliran
psikologi yang baru tumbuh sebagai disiplin ilmu yang relatif muda. Di Amerika,
William James mengembangkan Fungsionalisme. Psikologi Gestalt berkembang di
Jerman, Sigmund Freud berjaya di Wina, dan John B. Watson mempopulerkan
Behaviorisme di Amerika. Ketika pada tahun 1954 Maslow menerbitkan bukunya yang
berjudul Motivation and Personality, dua teori yang sangat populer dan
berpengaruh di universitas-universitas Amerika adalah Psikoanalisa Sigmund
Freud dan Behaviorisme John B. Watson.
Dalam ranah psikologi, psikoanalisa Freud dianggap mazhab (force) pertama.
Sedangkan behaviorisme disebut mazhab kedua. Agaknya Maslow (kendati pernah
mengagumi kedua aliran tersebut) mempunyai prinsip yang berbeda. Sampel
penelitian Freud adalah pasien-pasien neurotis dan psikotis di kliniknya.
Pertanyaan kita adalah: bagaimana kesimpulan dari sampel orang-orang yang
terganggu jiwanya dapat diterapkan pada orang-orang pada umumnya (yang sehat
mental). Maslow mempunyai prinsip bahwa sebelum mengerti penyakit mental, orang
harus terlebih dahulu memahami kesehatan mental.
Di kutub lain, kaum behavioris menghimpun data dari
penelitian atas binatang seperti burung merpati dan tikus putih. Maslow melihat
bahwa kesimpulan mereka bisa jadi berlaku bagi ikan, katak, atau tikus, tetapi
tidak untuk bangsa manusia. Berlawanan secara radikal dengan kedua aliran
tersebut, Maslow mencari sampel pada manusia-manusia yang dalam masyarakat
dilihat sebagai “tokoh”. Ia melibatkan penelitiannya terhadap tujuh tokoh
modern dan sembilan tokoh sejarah: Abraham Lincoln dan Thomas Jefferson
(presiden AS), Eleanor Roosevelt (First Lady yang dermawan), Jane Addams
(pelopor pekerja sosial), William James (psikolog), Albert Schweitzer (dokter
dan humanis), Aldous Huxley (penulis), dan Baruch Spinoza (filsuf).
Penyelidikan tentang tokoh-tokoh ini (dan yang lainnya) - kebiasaan, sifat,
kepribadian, dan kemampuan mereka telah mengantar Maslow sampai pada
teori tentang kesehatan mental dan teori tentang motivasi pada
manusia. Secara dialektis, tesis Freud dan antitesis Watson, melahirkan
sintesis Abraham Maslow. Oleh karena itu, teorinya kerap disebut mazhab ketiga.
Pencetus Teori Hierarki
Abraham Maslow (lahir 1 April 1908 - meninggal 8 Juni
1970 pada umur 62 tahun) adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam
teori kepribadian. Ia juga seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan
menjadi seorang pelopor aliran psikologi humanistik. Ia terkenal dengan
teorinya tentang hierarki kebutuhan manusia.
Abraham
Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908.
Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orang tua yang tidak
mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak
yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa
dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas
dihuni oleh non Yahudi. Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa
itu. Ia bertumbuh di perpustakaan di antara buku-buku. Ia awalnya kuliah
hukum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk mempelajari psikologi dan lulus
dari Universitas Wisconsin. Pada saat ia berkuliah, ia menikah dengan sepupunya
yang bernama Bertha pada bulan desember 1928 dan bertemu dengan mentor utamanya
yaitu profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor pada
1930, master pada 1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow kemudian
memperdalam riset dan studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami
subjek yang sama. Di sana ia bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred
Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di
Brooklyn College. Di New York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu
Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer seorang Gestalt
psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal. Kedua orang
inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia,
kesehatan mental, dan potensi manusia. Ia menulis dalam subjek-subjek ini
dengan mendalam. Tulisannya banyak meminjam dari gagasan-gagasan psikologi,
namun dengan pengembangan yang signifikan. Penambahan tersebut khususnya
mencakup hierarki kebutuhan, berbagai macam kebutuhan, aktualisasi diri
seseorang, dan puncak dari pengalaman. Maslow menjadi pelopor aliran
humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga
1960-an. Pada masa ini, ia dikenal sebagai "kekuatan ke tiga" di
samping teori Freud dan behaviorisme. Maslow menjadi profesor di Universitas
Brandeis dari 1951 hingga 1969, dan menjabat ketua departemen psikologi di sana
selama 10 tahun. Di sinilah ia bertemu dengan Kurt Goldstein (yang
memperkenalkan ide aktualisasi diri kepadanya) dan mulai menulis karya-karyanya
sendiri. Di sini ia juga mulai mengembangkan konsep psikologi humanistik.
Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya ia meninggal
karena serangan jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian, Pada tahun 1967,
Asosiasi Humanis Amerika menganugerahkan gelar Humanist of the Year.
Asumsi
Teori Hierarki Abraham Maslow
Teori
Humanistik dan Aktualisasi diri
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi
humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan
menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan
hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hierarki
Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas
gagasan gagasan psikologisnya. Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai
mempertanyakan bagaimana psikolog psikolog sebelumnya tentang pikiran
manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan
sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia. Psikolog humanis percaya bahwa
setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi
dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk
membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di
sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari
seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang
dengan masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa
manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat
manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan
Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak
dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.
Menurut Teori Hirarki Kebutuhan Maslow, kebutuhan
manusia bermacam-macam dan dapat dikelompok-kelompokkan. Adapun ide yang ingin
dilontarkan oleh Abraham Maslow adalah bahwa kebutuhan manusia yang
beraneka ragam tersebut dapat dikelompokkan ke dalam lima kelompok menurut
urut-urutan kepentingannya, sebagai berikut:
1.
Kebutuhan-kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan-kebutuhan
fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak pemuasannya
karena berkaitan langsung dengan pemuasan biologis dan kelangsungan hidup.
Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis itu antara lain kebutuhan akan makan, air,
oksigen, aktif, istirahat, keseimbangan temperature, seks, dan kebutuhan akan
stimulasi sensoris. Karena merupakan kebutuhan yang paling mendesak, maka
kebutuhan-kebutuhan fisiologis akan paling didahulukan pemuasannya oleh
individu. Dan jika kebutuhan fisiologis ini tidak terpenuhi atau belum
terpuaskan, maka individu tidak akan tergerak untuk bertindak memuaskan
kebutuhan-kebutuhan kain yang lebih tinggi. Sebagai contoh, jika kita sedang
lapar maka kita tidak akan bergerak untuk belajar, membuat komposisi music atau
membangun sesuatu. Pada saat lapar kita dikuasai oleh hasrat untuk
memperoleh makanan secepatnya. Dengan demikian tidak bisa dipungkiri lagi bahwa
kepuasan fisiologis itu merupakan pendorong dan member pengaruh yang kuat atas
tingkah laku manusia, dan manusia akan selalu berusaha memuaskannya sebelum
memuaskan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi.
2. Kebutuhan
Akan Rasa Aman (need For Self-Securitay)
Apabila
kebutuhan fisiologis individu telah terpusatkan, maka dalam diri individu akan
muncul sutu kebutuhan yang dominan dan menuntut pemuasan, yakni kebutuhan akan
rasa aman (need
for self-security). Yang dimaksud oleh Maslow (dalam Koswara, 1990)
dengan kebutuhan rasa aman ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu
yang memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari keadaan
lingkungannya. Contoh paling nyata bahwa manusia sangat membutuhkan rasa aman
adalah pada saat masa bayi dan anak-anak yang membutuhkan perlindungan dari orang
tuanya. Pada orang dewasa pun kebutuhan akan rasa aman ini nampak dan
berpengaruh secara aktif. Usaha-usaha untuk memperoleh perlindungan dan
keselamatan kerja, penghasilan tetap atau membayar asuransi,merupakan contoh -
contoh dari tingkah laku yang mencerminkan kebutuhan akan rasa aman pada
orang-orang dewasa. Untuk sebagian, sistem-sistem kepercayaan agama dan
filsafat bias ditafsirkan demikian. Agama dan filsafat oleh sementara orang
dianggap sebagai alat yang bisa membantu mereka untuk mengorganisasikan
dunianya. Maslow selanjutnya menyatakan, bahwa tipe dari keadaan neurotic,
yakni obsesi-kompulasi, terutama didorong oleh pencarian rasa aman. Sejumlah
orang neurotic, apabila menghadapi keadaan tertentu melalui penampilan yang
rapi, berdisiplin, dan teratur. Kebutuhan akan rasa aman dari orang-orang
neurotic itu juga sering diekspresikan melalui keinginan mencari pelindung atau
orang- orang kuat yang hisa dijadikan bergantung.
3. Kebutuhan
Akan Cinta dan Rasa Memiliki (Need For Love And Belongingness)
Kebutuhan
akan cinta dan rasa, (need for love and belongingness) ini adalah suatu
kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan
emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang
berlainan jenis, di lingkungan keluarga ataupun di lingkungan kelompok di
masyarakat. Bagi individu-individu, keanggotaan dalam kelompok sering menjadi
tujuan yang dominan, dan mereka bisa menderita kesepian, terasing, dan tak
berdaya apabila keluarga, pasangan hidup, rekan kerja, atau teman-teman
meninggalkannya. Maslow dengan tegas menolak pendapat Freud bahwa cinta dan
afeksi itu berasal dari naluri seksual yang disublimasi. Bagi Maslow, cinta dan
seks adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Selanjutnya Maslow menegaskan
bahwa cinta yang matang menunjuk kepada hubungan cinta yang sehat di antara dua
orang atau lebih, yang di dalamnya terdapat sikap saling percaya dan saling
menghargai. Maslow juga menekankan bahwa kebutuhan akan cinta itu mencakup
keinginan untuk mencintai dan mencintai. Mencintai dan dicintai menurut Maslow,
merupakan prasyarat bagi adanya perasaan yang sehat. Sebalikya, tanpa
cinta orang akan dikuasai oleh perasaan kebencian, rasa tak barharga dan
kehampaan. Maslow akhirnya menyimpulkan, bahwa antara kepuasan cinta efeksi di
masa kanak-kanak dan kesehatan mental di masa dewasa terdapat korelasi
yang signifikan.
4.
Kebutuhan Akan Rasa Harga Diri (Need For Self-Esteem)
Kebutuhan
yang keempat, yakni kebutuhan akan rasa harga diri (need
for self-esteem) oleh Maslow dibagi ke dalam dua bagian. Bagian
pertama adalah penghormatan dan penghargaan diri sendiri, dan bagian kedua
adalah penghargaan dari orang lain. Bagian pertama mencakup hasrat untuk
memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, adekuasi,
kemandirian, dan kebebasan. Individu ingin mengetahui atau yakin bahwa dirinya
berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Adapun bagian
yang kedua meliputi antara lain prestasi. Dalam hal ini butuh penghargaan atas
apa-apa yang dilakukannya. Terpuaskannya akan kebutuhan akan rasa harga diri
pada individu akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa
takut, rasa mampu, dan rasa perasaan berguna. Sebaliknya, frustasi atau
terlambatnya pemuasan kebutuhan akan rasa harga diri itu akan menghasilkan
sikap rendah diri, rasa tidak pantas, rasa lemah, rasa tak mampu, dan rasa
tak berguna, yang menyebabkan individu tersebut mengalami kehampaan, keraguan,
dan keputusasaan dalam menghadapi tuntutan hidupnya, serta memiliki penilaian
yang rendah atas dirinya sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Maslow
menegaskan bahwa rasa harga diri yang sehat lebih di dasarkan pada
prestasi ketimbang prestise, status, atau kerun- tuhan. Dengan perkataan lain,
rasa harga diri individu yang sehat adalah hasil usaha individu yang
bersangkutan. Dan merupakan bahaya psikologis yang nyata apabila seseorang
lebih mengandalkan rasa harga dirinya pada opini orang lain ketimbang pada
kemampuan dan prestasi nyata dirinya sendiri.
5.
Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Need For Self-Actualization)
Kebutuhan
untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri (need for self
actualization) merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi dalam teori
Maslow. Kebutuhan ini akan muncul apabila kebutuhan-kebutuhan yang ada di
bawahnya telah terpuaskan dengan baik. Maslow menandai kebutuhan akan
aktualisasi diri sebagai hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan
keinginan dan potensi yang dimilikinya. Contoh dari aktualisasi diri ini adalah
seseorang yang berbakat music menciptakan komposisi music, seseorang yang me-
miliki potensi intelektual menjadi ilmuan, dan seterusnya. Maslow mencatat
bahwa aktualisasi diri itu tidak hanya berupa menciptakan kreasi atau
karya-karya berdasarkan bakat-bakat atau kemampuan-kemam- puan khusus. Orang
tua, mahasiswa, dosen, pegawai, dan buruh pun bias mengaktualisasikan dirinya,
yakni dengan jalan membuat yang terbaik, atau bekerja sebaik-baiknya sesuai
dengan bidangnya masing-masing. Bentuk aktualisasi diri ini berbeda pada setiap
orang. Hal ini tidak lain disebabkan dan merupakan cerminan dari adanya
perbedaan-perbedaan individual. Bagaimanapun, Maslow mengakui bahwa untuk
mencapai taraf aktualisasi diri atau memenuhi kebutuhan akan aktualisasi diri
tidaklah mudah, sebab upaya kearah itu banyak sekali hambatannya.
Hambatan individu dalam mengaktualisasikan dirinya
Menurut
Maslow, paling tidak ada tiga hambatan apabila individu ingin
mengaktualisasikan dirinya.
1.
Hambatan dari dalam diri individu,
Yakni
berupa ketidaktahuan, keraguan, dan bahkan juga rasa takut dari individu untuk
mengungkapkan potensi-potensi yang dimilikinya, sehingga potensi-potensi itu
tetap laten.
2.
Hambatan yang berasal dari luar atau dari masyarakat.
Hambatan
dari masyarakat ini dapat berupa kecenderungan mendepersonalisasi individu,
juga berupa perepresian sifat-sifat, bakat, atau potensi-potensi. Masyarakat
sering merepres pengungkapkan sifat-sifat, atau kebiasaan-kebiasaan yang
spesifik dari para warganya yang, apabila terungkap, bisa mengantarkan mereka
menuju aktu- alisasi diri. Tegasnya, aktualisasi diri itu hanya mungkin apabila
kondisi lingkungan menunjangnya. Kenyataannya menurut keyakinan Maslow, tidak
ada satupun lingkungan masyarakat yang sepenuhnya menunjang atas upaya
aktualisasi diri para warganya, meski tentunya ada beberapa masyarakat yang
jauh lebih baik dan menunjang daripada masyarakat yang lainnya.
3.
Hambatan berupa pengaruh negatif yang dihasilkan oleh kebutuhan yang kuat akan
rasa aman.
Seperti diketahui, proses-proses perkembangan menuju kematangan menuntut kesediaan individu untuk mengambil resiko, membuat kesalahan, dan melepaskan kebiasaan-kebiasaaan lama yang tidak konstruktif . Kesemuanya itu jelas memerlukan keberanian oleh individu-individu yang kebutuhan akan rasa amannya terlaku kuat, pengambilan resiko, pembuatan kesalahan, dan pelepasan kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak konstruktif itu justru menjadi hal-hal yang mengancam atau menakutkan, dan pada gilirannya ketakutan ini akan mendorong individu-individu tersebut untuk bergerak mundur menuju pemuasan kebutuhan akan rasa aman. Dalam kenyataannya memang banyak orang yang mengekang dirinya dari perkembangan kreativitas dan kebiasaan yang spesifik dan konstruktif, dan lebih suka memilih kebiasaan- kebiasaan yang tidak konstruktif dengan demikian mereka menutup kemungkinan sendiri bagi pencapaian aktualisasi diri. Kesimpulannya pencapaian aktualisasi diri itu disamping membutuhkan kondisi lingkungan yang menunjang, juga menuntut adanya kesediaan atau keterbukaan individu terhadap gagasan-gagasan dan pengalaman-pengalaman baru.
Seperti diketahui, proses-proses perkembangan menuju kematangan menuntut kesediaan individu untuk mengambil resiko, membuat kesalahan, dan melepaskan kebiasaan-kebiasaaan lama yang tidak konstruktif . Kesemuanya itu jelas memerlukan keberanian oleh individu-individu yang kebutuhan akan rasa amannya terlaku kuat, pengambilan resiko, pembuatan kesalahan, dan pelepasan kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak konstruktif itu justru menjadi hal-hal yang mengancam atau menakutkan, dan pada gilirannya ketakutan ini akan mendorong individu-individu tersebut untuk bergerak mundur menuju pemuasan kebutuhan akan rasa aman. Dalam kenyataannya memang banyak orang yang mengekang dirinya dari perkembangan kreativitas dan kebiasaan yang spesifik dan konstruktif, dan lebih suka memilih kebiasaan- kebiasaan yang tidak konstruktif dengan demikian mereka menutup kemungkinan sendiri bagi pencapaian aktualisasi diri. Kesimpulannya pencapaian aktualisasi diri itu disamping membutuhkan kondisi lingkungan yang menunjang, juga menuntut adanya kesediaan atau keterbukaan individu terhadap gagasan-gagasan dan pengalaman-pengalaman baru.
Maslow menyimpulkan bahwa, jika mengharapkan lebih banyak
lagi orang mampu mengaktualisasikan diri, maka dunia terlebih dahulu perlu
diubah agar tercipta kesempatan yang luas bagi orang-orang untuk memuaskan
kebutuhan dasarnya. Perubahan dunia yang dimaksud oleh Maslow itu tidak lain
adalah reorganisasi besar-besaran dari ketentuan-ketentuan sosial dan
struktur-struktur politik yang ada dewasa ini lebih kondusif. Individu akan
turun pada kebutuhan di bawahnya apabila kebutuhan di bawahnya tersebut
menuntut untuk dipenuhi. Contoh penurunan tingkat kebutuhan menurut Maslow,
apabila seseorang karyawan sudah mencapai puncak karier/aktualisasi diri
kemudian tiba-tiba perusahaannya bangkrut, dan dia di PHK, maka karyawan
tersebut akan memenuhi kebutuhan tingkat dasar lagi demikian seterusnya.
Selanjutnya Maslow juga berpendapat bahwa perilaku manusia
hanya akan dipengaruhi oleh kebutuhan yang belum terpuaskan. Dengan kata lain,
jika suatu kebutuhan secara relative sudah dapat terpuaskan, maka ia akan
mencoba untuk memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi berikutnya. Oleh karena itu
pemberian penghargaan akan efisien apabila pihak lembaga dapat memahami
kebutuhan yang belum terpenuhi dan memberikannya.
Ringkasan Hierarki Kebutuhan
-
Manusia dimotivasi oleh hierarki kebutuhan.
-
Kebutuhan diatur dalam hierarki kependudukan di mana lebih banyak kebutuhan
dasar harus lebih atau kurang terpenuhi (daripada semua atau tidak ada) sebelum
kebutuhan yang lebih tinggi.
-
Urutan kebutuhan tidak kaku tetapi sebaliknya mungkin fleksibel berdasarkan
keadaan eksternal atau perbedaan individu.
-
Sebagian besar perilaku multi-motivasi, yaitu, secara bersamaan ditentukan oleh
lebih dari satu kebutuhan dasar.
TEORI HIERARKI ABRAHAM MASLOW
NAMA
: TRIFOSA GRACIA A.
NPM
: 21928237
KELAS
: 1 BA 05
Komentar
Posting Komentar